Kamis, 14 Januari 2016

SOCRATES

Socrates

RIWAYAT HIDUP

 

 (Yunani: Σωκράτης, Sǒcratēs) (469 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan apapun sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.

Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.

Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam dialog-dialog yang ditulis oleh Plato. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.

Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.

 PEMIKIRAN

Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Socrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Socrates melalui peradilan dengan tuduhan merusak generasi muda. Sebuah tuduhan yang sebenarnya bisa dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.

Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato.

a.       Tentang metode berfilsafat

Socrates adalah filsuf Athena pertama yang mengajarkan cara berfikir dengan konsep pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada lawan bicara. Hal ini bias kita anggap sebagai metode dialektika, sebab setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang kita lontarkan pada lawan bicara maka kita pula akan mencari jawaban kedua, ketiga, dan seterusnya sehingga kita bisa mengambil kesimpulan dari jawaban-jawaban tadi. Hal ini mungkin bisa kita katakan juga sebagai metode induksi sebab jika di telaah secara mendalam maka kesimpulan yang kita ambil tadi adalah merupakan kesimpulan yang umum dari berbagai jawaban yang bersifat khusus. Sebagai contoh ketika Socrates bertanya pada mahasiswanya

’’pengetahuan itu apa? Mahasiswa itu akan menjawab ilmu pasti, ilmu perbintangan dan lain sebagainya. Socrates menyela,’bukan itu yang kumaksud akan tetapi adalah pengertian dari pengetahuan? Maka mahasiswa itu akan menjawab lagi’’pengetahuan adalah penglihatan, sebab apa yang saya lihat merupakan pengetahuan yang saya dapatkan’’

Begitulah cara Socrates dalam melontarkan pertanyaan-pertanyaanya sehingga pada akhirnya dia dapat menarik sebuah kesimpulan dari banyaknya jawaban yang didapatkanya. Metode berfilsafat yang ditawarkanya ini adalah sebuah metode berfikir yang nantinya akan dikembangkan oleh para murid maupun sahabat-sahabatnya seperti xenhopon, ariestoteles, plato, dan ariestophanes. Inilah yang mungkin menurut kita semua menjadi proses awal terbentuknya metode berfikir induksi seperti apa yang dijalankan oleh ariestoteles pada zaman yunani kuno dan francis bacon pada zaman renaisains, kemudian dijerman seorang filsuf yang bernama Hegel yang mencoba menawarkan metode berfikir seperti ini. Oleh karena itu kita perlu memberikan suatu apresiasi yang besar atas pemikiran Socrates ini sebab metode berfikir seperti ini banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari dan juga metode ini menawarkan sikap yang ideal dalam menghadapi semua permasalahan kehidupan yang sangat kompleks ini.      

b.      Tentang objek baru dalam penelitian filsafat

Socrates adalah sosok yang sangat berbeda dari para filsuf yang ada sebelum dirinya, hal ini dapat kita lihat dari permasalahan objek kajian filsafat bagi Socrates. Objek yang sangat penting bagi filsafat menurutnya bukanlah lagi alam seperti apa yang telah disinggung oleh para pendahulunya, akan tetapi adalah manusia. Hal ini dikarenakan manusia adalah segala yang menjadi penentu alam atu pemelihara alam sehingga manusia bagi Socrates haruslah menjadi sosok yang bersifat melindungi baik alam maupun sesamanya. Karena itulah seorang filsuf Roma yang bernama seperti dalam kutipanya mengatakan bahwasanya’’socrates telah menurunkan filsafat dari langit dan telah menyebarkanya demi kebaikan umat manusia, ia mengganttarkanya ke kota-kota, memperkenalkanya ke rumah-rumah, dan memaksanya untuk menelaah khidupan, etika, dan kebaikan’’

Karena pandangan seperti ini maka tak jarang Socrates pada masanya sering dikatakan sebagai seorang nabi yang telah diutus oleh yang maha kuasakedunia ini untuk menjalankan dan menyebarkan segala bentuk keadilan agar dunia ini menjadi tertata dengan sebaik-baiknya. Olehnya Socrates dalam kehidupanya jarang sekali membicarakan masalah alam atau nature, sebab baginya alam adalah urusan tuhan. Apakah dunia ini dijadikan dari apa dan untuk tujuan apa itu merupakan urusan tuhan semata, manusia hanyalah pemelihara alam yang telah dititipkan kepada kita sebagai mahluk yang berakal. Hal inilah juga yang menyebabkan para sejarawan modern tidak memasukan Socrates dalam kumpulan filsuf alam sebagaimana thales, phytaghoras, anaximendes, Heraclitus, Democritus, dan lain-lain.

c.       Tentang etika dan jiwa

Dalam konsep etika Socrates kita akan dikenalkan pada konsep ‘’eudomonia’’ yang artinya kebahagiaan. Kebahagiaan ini adalah menjadi tujuan tertinggi manusia dan sekaligus menjadi ketenangan jiwa bagi manusia itu sendiri. Jiwa menjadi tenang diakibatkan dalam jiwa itu telah terdapat banyak kebaikan-kebaikan yang dengan itu manusia bisa mencapai suatu kebahagiaan yang hakiki. Jika seorang manusia telah menemukan kebahagiaan yang menjadi tujuan itu maka diri dan jiwanya akan mendapatkan atau secara inheren akan melekat suatu sikap yang Socrates menyebutnya dengan ‘’keutamaan’’.

Socrates mengatakan bahwa’’tujuan tertinggi manusia adalah membuat diri dan jiwanya menjadi sebaik mungkin’’, yang dimaksud jiwa disini bagi Socrates adalah kepribadian yang menjadi intisari manusia. Kepribadian atau jiwa manusia ini jika baik maka jiwa itu akan mendapatkan suatu keutamaan yang sangat tinggi dan tidak mungkin jiwa yang baik itu akan memalingkan dirinya dari suatu keutamaan. Hal ini dikarenakan jiwa itu telah mencapai konsep eudomonia tadi yaitu kebahagiaan tertinggi yang menjadi tujuan hidup manusia. Keutamaan ini memiliki suatu kebaikan yang pasti melekat padanya sampai kapanpun sebagai contoh  ketika seseorang memiliki keutamaan sebagai pemahat patung maka patung yang akan dihasilkanya adalah patung yang bagus dan baik sebab memahat telah menjadi keutamaannya.

Keutamaan dan kebaikan adalah dua hal yang sangat koheren atau berkaitan, sebab tidak akan mungkin seseorang yang telah memiliki keutamaan maka ia akan menghasilkan hasil yang buruk. Seseorang dikatakan memiliki keutamaan apabila sesuatu yang dihasilkanya selalu dalam kualitas baik dan tidak memiliki keutamaan jika yang dihasilkanya belum berkuualitas baik atau masih buruk. Selanjutnya Socrates membagi keutamaan menjadi tiga bagian pertama jika manusia melakukan suatu kesalahan dengan sengaja maka ia tidak mempunyai pengetahuan tentang kebaikan, sebab jika seseorang melakukan keburukan dengan sengaja maka berarti ia belum paham bahwa yang dilakukanya itu adalah sebuah keburukan. Kedua keutamaan itu menyeluruh, contohnya ketika seseorang memiliki sifat tidak sombong, maka secara otomatis dia juga adalah sosok yang adil, baik, dan sebagainya, sebab keutamaan itu tidak mungkin hanya memiliki satu kebaikan saja. Ketiga keutamaan itu adalah pengetahuan, maka keutamaan itu bisa kita ajarkan pada orang lain.

Itulah beberapa pembagian keutamaan bagi Socrates yang dapat kita jadikan sebagai acuan dalam hidup ini supaya tetap berbuat baik, akan tetapi tidak ada salahnya juga bila kita mengkritiknya. Tentunya ini bukan merupakan acuan kita satu-satunya tapi jika diteliti secara seksama maka etika yang ditawarkanya ini bisa di anggap sebagai motivasi bagi kita  dalam hidup ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar